Friday, January 1, 2016

Realitas Imaji

Karena raga tak pernah tahu apa dirasa jiwa. Ingin, namun jeri. Pelik melukiskan kesungguhan jiwa namun hasrat kian berkobar. Kagum beralas ragu. Euforia bertilam bimbang. Lelah memang, tapi tak ingin juga menyerah. Sakit pasti, namun tak hendak juga berhenti. Barisan doa-doa mengalir dari mulut raga. Bermaksud menguatkan, jiwa malah terlarung dalam asa.

Mengapa bimbang? Mengapa tidak. Memang insan tahu apa isi hati jiwa?


Mungkin realita akan berkata lain, tapi insan bisa memilih untuk menikmati atau tenggelam dalam nestapa dan kecewa.

No comments:

Post a Comment