Tuesday, December 6, 2011

Pusi untuk sahabat

Ini puisi asli murni buatan saya, diambil dari kisah nyata kehidupan saya dan sahabat saya.



 Pilu
Jakarta, 6 Desember 2011


Ini buatmu, 

Akhirnya, tinggallah aku sendiri di sini
Sunyi, sepi, tanpa seorangpun menemani
Aku masih tetap sendiri
Kuhirup kopi yang sudah dingin itu
Sambil berusaha berkonsentrasi pada bukuku
Ah, tidak bisa. Tetap tidak bisa.
Pikiranku selalu kembali pada dirimu 
Kau, sahabat yang telah menyakiti hatiku
Pagi tadi.

Kau menangis di hadapanku
Kau menanggung beban yang lebih berat daripadaku
Aku tahu, posisimu tidak mudah
Aku menunggu di sampingmu, menemanimu
Mencoba menenangkanmu, walau tak tahu caranya
Berusaha menjadi sahabat yang baik.
Tapi, kau malah mencari sosok lain
Yang sedang jauh, tak tahu di mana
Sahabat kita juga, aku tahu.
Tapi mengapa, mengapa 
Kau mencarinya, ku didiamkan olehmu.
Sakit hati ini. 

Makanan yang baru ku makan
Menolak masuk, menerobos keluar lewat tenggorokan
Nafsu makanku hilang
Saat teringat kembali peristiwa
Pagi tadi.

Aku berusaha
Memberikan yang terbaik bagimu
Berusaha membuka hati, telinga, dan pikiranku
Agar kau bisa mengguratkan keluh kesahmu
Dengan pena pilumu.
Tapi kau malah menorehkan luka di hatiku
Luka yang cukup dalam
Dengan pena pilumu itu.
Kau terus mengulang-ulang namanya
Mengeluh bahwa kau sangat membutuhkannya
Saat itu.

Kuhirup kopi dingin itu, ampas tinggallah tersisa.
Aku tak kuat makan lagi
Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku, pergi
Menyusuri jalan yang pernah kita lalui bersama
Tempatku menunggumu dalam diam
Menantikan kau pulang dengan selamat
Tempatku melihatmu, dengan gitar yang kau selempangkan
Naik dengan selamat ke bus yang akan kau tumpangi

Kembali aku meneruskan menyusuri jalan itu
Teringat kembali masa-masa terdahulu
Yang takkan pernah kulupakan.
Tak sengaja, aku melihat halte tempat biasa kau menunggu
Tanpa kusadari, kakiku melangkah menuju halte tersebut.
Aku naik salah satu bus itu, yang menuju rumahku
Kau tetap memenuhi otakku
Hingga halte tempat seharusnya ku turun pun terlewatkan
Sampai akhirnya aku mengambil bus arah sebaliknya
Menuju halte tujuanku
Dan tanpa sengaja, aku menaiki bus yang itu

Bus yang waktu itu kita naiki bersama
Menuju ke tengah kota Jakarta
Memori itu kembali terbuka
Dimana aku terlihat tidak senang
Saat berjalan bersamamu
Dimana aku bersikap menjengkelkan
Saat kau memintaku mengambil gambarmu

Aku turun di halte tujuanku
Tanpa terlewat lagi, turun dengan sadar
Aku menaiki jembatan penyeberangan
Dan kembali teringat akan kau
Saat kau menungguku di sudut itu
Dengan wajah yang menggemaskan
Saat aku berjalan lelah menghampirimu
Untuk berjalan bersama
Untuk menginap di rumahmu, untuk pertama kalinya
Untuk berjuang bersama menuju kemenangan

Tenggorokanku tercekat 
Kau dijatuhi cinta olehku 
Dan kau seperti tidak peduli samasekali padaku
Padahal aku
Aku sudah terlanjur sayang padamu

Aku berusaha menjadi sahabat yang baik
Dalam suka dan duka, sehat dan sakit
Berusaha menemanimu, mendampingimu
Berjuang bersamamu
Dan kau seperti sama sekali tidak melihatku.

Mengapa kau melakukan semua ini padaku
Kau tidak lagi memancarkan senymmu padaku
Saat kau pertamakali melihatku pagi hari di sekolah
Akupun berusaha menerapkan hal itu pada diriku
Tersenyum lebar saat melihatmu di pagi hari di sekolah
Dan kau? Malah menyebutku aneh.

Hatiku masih sakit akan peristiwa pagi ini
Luka yang kau torehkan terasa begitu dalam, perih
Di sepi sendiri ini, aku coba mengirim pesan padamu
Hanya untuk mengatakan aku sedang sendiri
Berharap kau mau menemaniku
Dan kau? Tidak peduli sama sekali.

Mengapa kau melakukan semua ini padaku
Perutku terjatuh ke lantai dingin sikapmu
Hatiku terasa berlubang, lubang yang kian lama kian membesar
Aku tidak tahu lagi mau melakukan apa
Tapi, sebagai sahabatmu,

 "I'll make a wish for you and hope it will come true,
that life would just be kind for such a gentle mind.
If you lose your way, think back on yesterday.
Remember me this way..."
(-Vanessa Williams,  Remember Me This Way) 
 

Dan satu kata terakhir dariku untukmu,
Maaf. 
  
 
 

No comments:

Post a Comment